Moda transportasi kereta api kerap menjadi pilihan utama masyarakat karena ketepatan waktu dan kenyamanannya. Namun, dalam merencanakan perjalanan, situasi tak terduga sering kali memaksa calon penumpang untuk mengubah rencana. Di Indonesia, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah memfasilitasi pembatalan tiket melalui aplikasi Access by KAI maupun loket stasiun. Sementara itu, pengalaman berbeda mengenai fasilitas dan nilai uang dalam perjalanan kereta api juga datang dari belahan dunia lain, tepatnya pada layanan terbaru Amtrak di Amerika Serikat. Berikut adalah rangkuman komprehensif mengenai prosedur pembatalan tiket domestik dan ulasan perjalanan internasional tersebut.
Ketentuan Utama Pembatalan via Aplikasi
Bagi penumpang yang memiliki agenda mendadak dan perlu membatalkan tiket, aplikasi Access by KAI menawarkan solusi praktis tanpa perlu datang ke stasiun. Namun, terdapat syarat mutlak yang harus dipenuhi. Nomor identitas pemilik akun atau pemesan harus sesuai dengan yang tertera pada tiket. Proses ini hanya berlaku untuk tiket yang statusnya lunas dan belum dicetak sebagai boarding pass. Penting untuk dicatat bahwa pembatalan daring ini harus dilakukan selambat-lambatnya dua jam sebelum jadwal keberangkatan kereta antarkota atau jarak jauh. Sementara untuk kereta lokal, pembatalan tetap harus dilakukan secara manual di stasiun.
Penumpang yang membeli tiket melalui kanal eksternal seperti agen perjalanan daring juga dapat memproses pembatalan di aplikasi ini. Caranya cukup dengan menambahkan tiket tersebut ke menu “Tiket Saya” menggunakan kode pemesanan. Setelah tiket muncul, penumpang dapat memilih opsi “Kelola Pesanan” dan melanjutkan ke menu pembatalan. Sistem akan menampilkan rincian bea pembatalan sebesar 25 persen dari harga tiket serta estimasi dana yang akan dikembalikan. Pengguna wajib memilih metode pengembalian dana, baik melalui transfer bank maupun dompet digital, dengan estimasi proses pencairan memakan waktu 30 hingga 45 hari.
Prosedur Manual di Loket Stasiun
Jika terkendala dengan aplikasi, opsi pembatalan manual tersedia di loket stasiun yang telah ditunjuk. Batas waktu pengajuan di loket sedikit lebih longgar, yakni minimal 30 menit sebelum jadwal keberangkatan. Penumpang wajib mengisi formulir pembatalan serta melampirkan boarding pass dan kartu identitas asli. Apabila diwakilkan, pihak pemohon harus menyertakan Surat Kuasa bermeterai lengkap dengan fotokopi identitas pemilik tiket dan penerima kuasa. Pengembalian dana secara tunai di stasiun dapat diproses setelah 30 hari dari tanggal pengajuan.
Layanan pembatalan ini tersedia di berbagai stasiun besar di seluruh wilayah operasional (Daop) dan Divisi Regional (Divre). Di wilayah Daop 1 Jakarta, layanan tersedia di Stasiun Gambir, Pasar Senen, hingga Bogor Paledang. Wilayah Daop 2 Bandung mencakup Stasiun Bandung dan Kiaracondong, sedangkan Daop 3 Cirebon melayani di Stasiun Cirebon dan Jatibarang. Layanan serupa tersebar hingga ke Daop 9 Jember di ujung timur Jawa, serta meluas ke Sumatera mulai dari Divre I Medan, Divre II Padang, Divre III Palembang, hingga Divre IV Tanjungkarang.
Menjajal Kereta Cepat NextGen Acela di Amerika
Bergeser dari sisi administratif perkeretaapian domestik, sebuah pengalaman menarik terekam dari perjalanan kereta api di Amerika Serikat pada September 2025. Perjalanan ini menggunakan armada baru Amtrak, NextGen Acela, dengan rute New York City menuju Washington, D.C. Tiket kelas bisnis untuk perjalanan ini dibanderol seharga 180 dolar AS. Sebagai perbandingan, tiket kelas ekonomi pada kereta regional Amtrak yang hanya 30 menit lebih lambat dijual seharga 40 dolar AS. Kereta NextGen Acela sendiri digadang-gadang sebagai kereta tercepat Amtrak dengan kecepatan puncak mencapai 160 mil per jam, serta hanya menawarkan dua kelas layanan: bisnis dan first class.
Ekspektasi tinggi terhadap harga tiket tersebut sempat terganggu oleh realitas di lapangan. Jadwal keberangkatan pukul 10 pagi mengalami penundaan hingga 90 menit. Sayangnya, tiket kelas bisnis seharga ratusan dolar tersebut tidak mencakup akses ke Metropolitan Lounge, sebuah ruang tunggu eksklusif dengan fasilitas makanan ringan gratis. Akses tersebut hanya diberikan cuma-cuma bagi penumpang first class atau sleeper train. Penumpang lain harus membayar biaya tambahan 50 dolar AS. Akibat ruang tunggu reguler yang penuh sesak, penantian panjang tersebut berakhir dengan duduk di lantai bersandar pada dinding stasiun hingga waktu boarding tiba.
Kenyamanan Interior dan Konektivitas
Ketika akhirnya masuk ke dalam gerbong, kesan pertama yang muncul adalah kenyamanan fisik kursinya. Tidak ada prioritas masuk bagi penumpang bisnis, yang menegaskan bahwa di Acela, kelas bisnis sejatinya adalah tiket standar. Namun, kursinya terasa empuk, luas, dan suportif. Fitur sandaran kaki dan kemampuan kursi untuk direbahkan menambah nilai kenyamanan secara signifikan. Fasilitas pendukung seperti stopkontak, porta USB, dan lampu baca ditempatkan dengan strategis di sisi kursi, dilengkapi meja lipat dan tempat gelas yang fungsional.
Salah satu keunggulan teknis yang patut diapresiasi adalah kualitas koneksi internet. Berbeda dengan pengalaman umum di kereta Amtrak sebelumnya di mana Wi-Fi sering kali lemah, koneksi 5G di NextGen Acela terbukti sangat cepat. Kecepatan internetnya mumpuni untuk memutar video YouTube tanpa gangguan sedikit pun, menjadi penyelamat untuk membunuh waktu selama perjalanan dengan menonton pertunjukan musik daring.
Fasilitas Sanitasi dan Kesimpulan Nilai
Aspek lain yang sering menjadi tolak ukur dalam perjalanan jarak jauh adalah kebersihan toilet. Biasanya, ekspektasi terhadap toilet kereta api tidak terlalu tinggi; ketersediaan tisu dan sabun saja sudah dianggap mewah. Namun, fasilitas di NextGen Acela memberikan kejutan menyenangkan. Pintu otomatis membuka akses ke ruang toilet yang sangat lega, bahkan digambarkan cukup luas untuk dua orang melakukan jumping jacks bersamaan. Desainnya estetis dengan aksen merah berani, rak penyimpanan, dan cermin yang trendi. Fitur air, sabun, dan pengering tangan yang serba nirsentuh menambah kesan modern dan higienis.
Kendati demikian, ketika menimbang seluruh pengalaman tersebut—mulai dari penundaan yang lama, tidak adanya akses lounge, hingga ketiadaan prioritas boarding—muncul kesimpulan bahwa harga 180 dolar AS terasa terlalu mahal. Meskipun ini adalah pengalaman kelas bisnis terbaik yang pernah dirasakan penulis di AS dibandingkan perjalanan sebelumnya, rasio harga dan fasilitas yang didapatkan masih belum sepadan jika dibandingkan dengan opsi kereta regional yang jauh lebih murah.