Bursa saham Indonesia mencatat tren positif selama tiga sesi perdagangan berturut-turut, dengan kenaikan total lebih dari 210 poin atau sekitar 3,1 persen. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini berada di atas level 7.040 dan diperkirakan akan melanjutkan penguatannya pada perdagangan Jumat.
Optimisme pasar global turut mendorong sentimen positif di Asia, terutama karena meredanya kekhawatiran terhadap inflasi dan tarif. Pasar saham di Eropa dan Amerika Serikat mayoritas ditutup menguat, dan diperkirakan bursa Asia akan mengikuti arah pergerakan ini.
Pada perdagangan Kamis, IHSG mencatat kenaikan moderat berkat dorongan dari saham-saham sektor keuangan dan makanan, meskipun sektor sumber daya alam menunjukkan pergerakan yang bervariasi.
Secara harian, IHSG menguat 60,28 poin atau 0,86 persen dan ditutup pada level 7.040,16 setelah bergerak di kisaran 7.002,37 hingga 7.076,74 sepanjang sesi.
Di antara saham-saham aktif, Bank Mandiri mencatat lonjakan sebesar 5,45 persen. Bank Danamon Indonesia mengalami penurunan tipis 0,41 persen, sementara Bank Negara Indonesia melonjak 2,97 persen dan Bank Rakyat Indonesia naik 4,40 persen. Indosat Ooredoo Hutchison juga mencatat kenaikan tajam sebesar 3,98 persen.
Perusahaan makanan Indofood Sukses Makmur naik 2,86 persen, sementara United Tractors turun 1,48 persen. Astra International naik tipis 0,21 persen dan Energi Mega Persada melonjak 5,56 persen. Namun, saham tambang Vale Indonesia anjlok 2,07 persen, Timah turun 1,32 persen, dan Bumi Resources melonjak signifikan 8,55 persen. Saham Astra Agro Lestari, Aneka Tambang, Semen Indonesia, Bank CIMB Niaga, Bank Central Asia, serta Indocement tercatat tidak mengalami perubahan.
Dari bursa Wall Street, sentimen cenderung positif. Meskipun indeks utama dibuka melemah pada Kamis, pasar berhasil pulih dan ditutup dengan hasil yang bervariasi.
Indeks Dow Jones melonjak 271,69 poin atau 0,65 persen ke level 42.322,75. Sementara itu, NASDAQ turun 34,49 poin atau 0,18 persen ke 19.112,32 dan S&P 500 naik 24,35 poin atau 0,41 persen menjadi 5.916,93.
Perdagangan yang berfluktuasi terjadi seiring investor mencerna sejumlah besar data ekonomi dari Amerika Serikat. Salah satu laporan dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa indeks harga produsen secara tak terduga turun pada bulan April.
Sementara itu, data dari Departemen Perdagangan mengungkapkan adanya sedikit peningkatan dalam penjualan ritel AS pada bulan yang sama. Di sisi lain, Federal Reserve menyebutkan bahwa produksi industri di AS tidak mengalami perubahan pada April.
Untuk komoditas, harga minyak mentah menunjukkan penurunan tajam pada Kamis setelah muncul laporan bahwa AS hampir mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran. Kontrak berjangka minyak untuk pengiriman Juni turun sebesar $1,53 atau sekitar 2,4 persen ke harga $61,62 per barel.