Harga Emas Antam Terkoreksi Rp 15.000 Akibat Penurunan Harga Emas Dunia

Harga Emas Antam Terkoreksi Rp 15.000 Akibat Penurunan Harga Emas Dunia

Hari ini, harga emas Antam pecahan 1 gram mengalami penurunan signifikan. Menurut laman logammulia.com pada Rabu (14/2), harga emas Antam turun menjadi Rp 1,114 juta per gram, dibandingkan dengan harga sebelumnya yang mencapai Rp 1,129 juta. Sejauh tahun ini, harga emas Antam telah turun sebanyak Rp 30.000.

Tidak hanya harga jual, harga beli kembali emas Antam juga mengalami penurunan. Hari ini, harga buyback emas Antam turun sebesar Rp 18.000, dengan harga kini mencapai Rp 1,006 juta per gram. Hal ini merupakan acuan harga bagi para pemilik emas Antam yang ingin menjualnya pada hari tersebut.

Penurunan harga emas Antam ini dipengaruhi oleh situasi harga emas dunia yang mengalami penurunan signifikan. Kemarin, harga emas spot turun di bawah level US$ 2.000 per troi ons, sebuah kejadian pertama dalam dua bulan terakhir. Menurut data Bloomberg, harga emas spot kemarin ditutup turun sebesar US$ 26,85 atau sekitar 1,3%, menjadi US$ 1.993,15 per troi ons.

Penurunan harga emas dunia masih berlanjut hari ini. Pada pukul 14.24 WIB, harga emas spot diperdagangkan seharga US$ 1.991,31 per troi ons, turun 0,1% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Pelemahan harga emas dunia ini dipicu oleh laporan data inflasi yang meleset dari perkiraan di Amerika Serikat. Inflasi inti bulan Januari naik 0,4% dari bulan sebelumnya, angka terbesar dalam delapan bulan. Sementara itu, inflasi tahunan bulan Januari mencapai 3,1%, melebihi perkiraan sejumlah analis yang hanya sebesar 2,9%.

Dampak dari data inflasi ini membuat harapan akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebelum bulan Juni menurun. Akibatnya, ekspektasi imbal hasil obligasi di AS meningkat. Tingkat yield dan suku bunga yang tinggi berdampak negatif bagi harga emas, yang cenderung tidak menawarkan imbal hasil.

Analis logam mulia di Standard Chartered Plc., Suki Cooper, memprediksi bahwa emas batangan kemungkinan akan mengalami risiko penurunan lebih lanjut. Ini disebabkan oleh perlambatan permintaan musiman di Asia dan berkurangnya likuiditas akibat liburan Tahun Baru Imlek.